Kamis, 10 November 2011

HumanForm, Ponsel Lentur, Intuitif, Humanis a la Nokia



Apa bayangan Anda tentang ponsel pintar masa depan? Kalau menurut Nokia sih, bisa dipelintir dan ditekuk lho.
Kecepatan inovasi teknologi masa kini menginspirasi banyak vendor untuk segera berandai-andai tentang produk masa depan. Nokia baru saja merilis sebuah video prototipe smartphone masa depan (http://nokia.ly/rCORBm). Selain desainnya yang unik, terbuat dari material transparan yang fleksibel, cara pengoperasiannya juga unik. Tinggal dipelintir dan ditekuk lho. 
HumanForm, demikian Nokia menamai konsep smartphone masa depannya. Teknologi bukan lagi menjadi sesuatu yang menonjol di sini. Kebutuhan, emosi, interaksi, intuisi yang sangat manusiawi menjadi landasan konsep humanized phone ini.
Kontrol  ponsel lewat gerakan menekuk, meregangkan, memelintir dimampukan oleh konsep Kinetic Device. Ketika dilengkungkan ke luar ke dalam, ponsel akan melakukan zooming in dan out. Jika Anda memuntir/memelintir perangkat yang terbuat dari  material semacam plastik transparan ini (termasuk layar AMOLED-nya), Anda bisa menaikkan atau menurunkan volume dan memutar-ulang (playback).  
Selain konsep Kinetic Device yang pertama kali dirilis pada saat 2011 Nokia World Conference di London, Inggris, akhir Oktober lalu,  HumanForm juga dibekali kontrol berbasis gerakan Wiimote. Plus seperangkat tombol yang tak tampak seperti tombol pada umumnya.
Nokia bukan satu-satunya vendor yang menyajikan konsep produk masa depan. Tengok juga visi Microsoft tentang produktivitas di masa depan--termasuk ponsel transparan berbasis OS Windows Phone--di http://bit.ly/vrDYKs atau BlackBerry Enterprising Minds.

Review pptPlex

Salah satu kelebihan Microsoft PowerPoint Membuat presentasi PowerPoint makin menarik.
adalah kemampuannya untuk menerima fungsi-fungsi tambahan melalui sebuah program “kecil” yang kerap disebut dengan plugin atau add-in. Nah, bila Anda bosan dengan model presentasi yang itu-itu saja, coba gunakan add-in pptPlex.
Add-in pptPlex tersebut akan memberikan nuansa presentasi yang berbeda. Pada presentasi PowerPoint yang biasa, setiap slide akan muncul satu persatu dengan atau tanpa efek transisi. Dengan pptPlex, presentasi bisa ditampilkan seolah menjadi satu kesatuan di dalam halaman tertentu. Slide tertentu yang akan ditayangkan merupakan bagian dari halaman tersebut dan ditayangkan dengan cara diperbesar (zoom) menggunakan efek tertentu.
Instalasinya cukup mudah. Anda tinggal menjalankan file pptPlex.msi dan mengikuti langkah-langkah panduan instalasinya. Setelah selesai, pada PowerPoint akan muncul tab baru, yaitu tab pptPlex.
Slide presentasi dikumpulkan di dalam satu halaman yang disebut dengan Canvas. Untuk memilih Canvas, klik tombol Canvas Background yang terdapat pada tab pptPlex. Dengan mengeklik tombol tersebut, akan muncul sebuah daftar yang berisi gambar latar belakang yang dapat dipilih. Canvas tersebut setara atau dianggap sebagai slide pertama jika dibandingkan dengan presentasi PowerPoint biasa.
Canvas didesain untuk mengandung area-area tertentu yang disebut dengan section. Setiap section nantinya dapat diisi dengan satu atau beberapa slide.
Setelah penempatan kanvas, buatlah slide yang menjadi judul presentasi. Slide berisi judul presentasi dapat ditempatkan pada area khusus. Umumnya area tersebut akan bernama “Slides before 1st Section Divider”.
Setelah itu, buatlah slide-slide berikutnya dan tempatkan pada seksiseksi yang tersedia. Setelah semua tertata, jalankan presentasi (slide show) dengan mengeklik salah satu tombol berikut:
• From Overview: menampilkan presentasi mulai dari tampilan canvas.
• From First Slide: menampilkan presentasi mulai dari slide pertama.
• From Current Slide: menampilkan presentasi mulai dari slide terseleksi.
Navigasi presentasi dapat dilakukan baik dengan keyboard maupun mouse. Bila dilakukan dengan mouse, Anda dapat mengeklik dan menarik kanvas untuk menggesernya. Bahkan navigasi juga bisa dilakukan dengan Wii Controller.  
Dengan pptPlex, Anda juga bisa menampilkan dokumen Microsoft Office lain seperti Word dan Excel. Dengan demikian, Anda tidak perlu lagi bersusah payah menata isi dokumen tersebut ke dalam slide karena dapat langsung ditampilkan apa adanya.
Add-in pptPlex ini juga menyediakan fasilitas untuk membuat kanvas sendiri. Jadi bila Anda tidak suka dengan kanvas bawaan, Anda bisa membuatnya sendiri. Kanvas buatan sendiri ini pada dasarnya hanyalah gambar biasa yang nantinya digunakan sebagai latar belakang. Yang perlu diperhatikan adalah, gambar tersebut sebaiknya mengandung banyak ruang kosong yang nantinya bisa diisi dengan slide.
Nah, dengan model presentasi yang tidak biasa ini, Anda bisa membuat kolega, klien, atau atasan Anda berdecak kagum.
(Yahya Kurniawan – Kontributor)

Spesifikasi
Jenis
Add-in untuk PowerPoint
Ukuran Installer
3,7 MB
Situs Download
Sistem operasi
Windows XP/Vista/7

Plus     : Membuat presentasi PowerPoint makin menarik.
Minus : Relatif berat, fasilitas bantuan kebanyakan tersedia dalam format video.

Google+ Pages, Laman Khusus Pemilik Bisnis

Google+ makin mirip Facebook? Jika dilihat dari feature terbaru yang diperkenalkan hari ini, Google+ Pages, anggapan tersebut bisa jadi menguat.
Google+ Pages adalah laman profil khusus yang disediakan di jejaring Google+, khusus bagi pemilik bisnis dan figur/organisasi publik.
Di halaman awal (Create a Page), beberapa kategori yang dicantumkan antara lain Local Business or Place; Product or Brand; Company, Institution or Organization; Arts, Entertainment or Sports; dan Others.
Apa saja yang bisa dilakukan pemilik akun Google+ Pages? Tidak jauh berbeda dengan feature Facebook Pages, kita bisa di-follow orang-orang yang menyukai brand kita serta berinteraksi langsung dengan mereka dengan posting status, foto, video, dan status tertentu. Antarmukanya pun terasa satu gaya. Hanya saja, Facebook terlihat lebih kaya dengan dukungan apps kustomisasi.
Namun, ada keunikan yang dimiliki Google+ Pages dan tidak ada di Facebook Pages.
Pertama, pemilik Pages dapat bercakap-cakap lewat panggilan video dengan para fans/followers melalui fasilitas Hangouts.
Kedua, pemilik Pages bisa membedakan konten posting untuk ditujukan kepada circle-circle tertentu sehingga pesan yang disampaikan bisa lebih tepat sasaran.
Ketiga, dengan mengeklik ikon “+1” di Google+ Pages, berarti fans/followers turut membantu memperbaiki urutan brand tersebut dalam hasil pencarian Google Search atau Ads.
Sejauh ini, sudah lumayan banyak brands yang mempunyai laman di Google+ Pages, seperti Angry Birds, Barcelona FC, The Muppets, Pepsi, dan Toyota. Cara menemukannya gampang saja, tinggal tambahkan tanda “+” di depan frase pada kotak pencarian Google, contohnya “+ Angry Birds”. Mau langsung mencoba? Silakan kunjungi http://www.google.com/+/business/index.html.

Review Canon EOS 60D

Berlayar Lipat
Dengan segala perubahan dan pembaruannya, Canon EOS 60D ini membuat kelas baru di kelas middle-level.
Canon EOS 60D ini merupakan penerus EOS 50D yang sudah beredar sejak pertengahan tahun 2008 lalu. Melihat bentuk fisiknya, Canon EOS 60D ini memiliki bentuk fisik sedang. Kalau disejajarkan, ukurannya kira-kira berada di tengah-tengah antara EOS 7D dan EOS 550D. Bodi kamera ini menggunakan bahan plastik polycarbonate. Hal ini membuat kamera ini memiliki bobot sekitar 70 gram lebih ringan dibandingkan pendahulunya.
Selain itu, ada juga beberapa perubahan pada tombol-tombol yang ada. Empat buah tombol di dekat layar kecil di atas, yang sebelumnya masing-masing memiliki dua fungsi, sekarang hanya memiliki satu fungsi. Selain itu, terdapat tombol baru di knop pemutar menu. Gunanya untuk mengunci knop agar tidak sengaja tergeser saat sedang memotret. Jadi, untuk berpindah mode, Anda harus menekan tombol tersebut sambil memutar knop.
Joystick empat arah juga dihilangkan, diganti dengan tombol yang digabung dengan jogdial kedua di sebelah kanan layar. Canon EOS 60D ini jug sudah menggunakan layar berukuran 3 inci dengan aspect-ratio 3:2 yang bisa dilipat. Mengambil gambar dengan sudut-sudut rendah atau tinggi dengan live-view kini menjadi lebih mudah dengan bantuan layar lipat ini.
Canon EOS 60D ini dibekali dengan sensor APS-C berkerapatan 18 mega piksel yang juga digunakan pada EOS 7D dan 550D. Kamera ini menggunakan prosesor gambar DIGIC 4 yang juga telah digunakan pada beberapa seri sebelumnya. Kamera ini memiliki rentang sensitivitas dari ISO 100 hingga 6400 dalam tingkatan setiap 1/3 stop. Selain itu, masih tersedia ISO 12800 yang dapat diaktifkan jika dibutuhkan. Kecepatan continous shot kamera ini tercatat lebih lambat jika dibandingkan pendahulunya, yaitu 5,3 frame per detik dibandingkan 6,3 frame per detik pada EOS 50D. Namun, kecepatan tersebut masih cukup memadai untuk berbagai kebutuhan.
Canon EOS 60D ini merupakan kamera DSLR kelas menengah yang cukup menyenangkan. Grip yang dimilikinya cukup besar dan nyaman digenggam, bahkan untuk orang yang bertangan besar sekalipun. Antarmuka menu yang digunakan juga masih sama dengan kamera-kamera DSLR Canon sebelumnya (sehingga tidak akan terlalu menyulitkan). Tersedia juga feature Creative Filter yang memungkinkan Anda memberikan efek-efek tertentu langsung dari kamera. Kualitas gambar yang dihasilkan kamera ini juga tergolong sangat baik dengan noise yang terkontrol. Hasil gambar pada ISO 1600 menunjukkan jumlah noise yang tergolong minim. Sementara pada ISO 3200 dan 6400, gambar yang dihasilkan masih lumayan untuk dicetak pada ukuran sedang atau kecil.
Sayangnya ada beberapa perubahan yang malah membuat kamera ini berada “di bawah” pendahulunya, seperti kecepatan continous yang lebih rendah, dan material bodi yang tidak lagi menggunakan metal.
(Steven Irwandi) 
****
Aneka feature baru yang ada pada kamera ini cukup menarik dan sangat membantu para penggunanya. Kekurangan yang ada tidaklah membuat Canon EOS 60D ini terlihat buruk. Secara keseluruhan, kamera ini sangat pantas untuk dimiliki oleh Anda yang beranjak dari kamera DSLR entry-level.

Spesifikasi Canon EOS 60D
Resolusi
18 megapiksel
Resolusi Foto (min/max)
480 x 4808/5184 x 3456 piksel
Resolusi Video (min/max)
640 x 480 @60 fps / 1920x1080 @ 30 fps
Media Perekam
SD/SDHC
Format File
RAW, JPEG, MOV (Video)
Ekivalen ISO
ISO 100, 200, 400, 800, 1600, 3200, 6400, 12800 (ekuivalen)
Kecepatan shutter (detik)
30 - 1/8000, bulb
Viewfinder
Ada
Diagonal LCD
3 inci, layar lipat
Koneksi komputer
USB
Tipe baterai/isi ulang
Canon LP-E6 / Ya
Battery charger
Ada
Dimensi (plt)
14,5 x 10,6 x 7,9 cm
Bobot (gram)
755g (tanpa lensa)
Garansi
1 tahun
Situs Web
Harga kisaran*
Rp9.098.000
*Datascrip, (021) 6544515




Layar Lipat

Canon EOS 60D menggunakan layar lipat berukuran 3 inci yang dapat memudahkan pengambilan gambar dari sudut sulit.






Tombol Pengunci

Knop untuk mengganti modus menu dilengkapi dengan tombol pengunci agar tombol tidak terputar secara tidak sengaja.







Sensor

Kamera DSLR ini dibekali dengan sensor 18 mega piksel dengan prosesor DIGIC 4.






Plus
     : Sensor 18 megapiksel, layar lipat, Live-view, video HD, ISO 6400, kualitas foto baik.
Minus : Kecepatan burst kurang cepat di kelasnya, material plastik.
Skor Penilaian 
- Kinerja            :  4
- Fasilitas          :  4,25
- Penggunaan   :  4
- Harga              :  3,75
- Skor total        :  4

Review Chipset Intel H67

Grafis Onboard Generasi Baru
Prosesor Sandy Bridge memang merupakan lompatan besar yang dilakukan Intel. Ini dimungkinkan berkat adanya beberapa peningkatan kinerja yang dihasilkannya.  
Peningkatan ini melebihi kinerja prosesor Intel Core generasi pertama (Nehalem). Meskipun peningkatan ini diiringi dengan perubahan seluruh sarana pendukungnya (seperti penggunaan socket dan chipset baru), seluruh perubahan ini sepadan dengan apa yang dicapai dari sisi kinerja.
Seperti diketahui, guna mendukung CPU generasi baru ini dihadirkanlah motherboard dan socket baru (yaitu LGA1155). Chipset yang dihadirkannya pun beragam sesuai segmen yang dituju. Ibarat arena balap yang diisi dengan berbagai tipe mobil, begitu pula yang dihadirkan Intel dengan varian chipset seri 6-nya, seperti P67, H67, H61, P61 hingga Z68 untuk platform desktop.
Seperti arena balap, mereka siap bersaing merebut tahta menjadi yang terbaik di kelasnya masing-masing. Kali ini akan kami bahas chipset Intel H67 yang memiliki feature grafis onboard.

Grafis melalui prosesor

Hal yang menarik dari chipset Intel H67 yaitu dukungan grafis onboard menggunakan “tenaga” dari prosesor. Tujuannya adalah agar kinerjanya menjadi lebih baik dibandingkan hanya mengandalkan chipset. Menariknya, semua prosesor yang bisa digunakan pada chipset Intel H67 mendukung penggunaan grafis onboard. Ini berbeda dengan generasi sebelumnya, saat chipset Intel H57 hanya bisa mengaktifkan chip grafis onboard pada prosesor seri tertentu saja.
Jadi Anda tidak perlu repot-repot memilah mana prosesor yang mendukung chip grafis onboard dan mana yang tidak. Syaratnya, gunakan prosesor dengan seri Intel Core i3, i5, i7 terbaru (Sandy Bridge) yang ditandai dengan nomor seri 2xxx (contohnya Intel Core i7-2600 atau i5-2500 dan sebagainya. Dengan menggunakan CPU ini, Anda sudah bisa memanfaatkan chip grafis onboard.
Chip grafis onboard dengan nama Intel HD Graphics ini sudah mendukung DirectX 10.1, Shader Model 4.1 serta OpenGL 3.0  yang cukup untuk memainkan game terbaru beresolusi rendah. Begitu pula chip grafis ini sudah cukup tangguh untuk memainkan video definisi tinggi dengan format Blu-ray. Disertakan juga port analog maupun digital seperti D-Sub, DVI, HDMI, DisplayPort, sampai SPDIF. Aneka feature inilah yang cocok bagi yang ingin membangun PC multimedia atau HTPC.

Tanpa fasilitas overclock
Chipset Intel H67 dihadirkan bagi Anda yang tidak terlalu membutuhkan peningkatan kinerja via overclock. Jadi secara sederhana, chipset Intel H67 menggunakan chip grafis onboard tanpa dilengkapi dengan fasilitas overclock. Selain itu, chipset ini juga membatasi kecepatan RAM pada level 1333 MHz. Meskipun overclock prosesor ditiadakan, H67 memungkinkan Anda melakukan overclock pada chip grafis onboard yang tertanam pada prosesor. Ini berbeda dengan Intel P67 yang merupakan kebalikannya.
Seperti chipset seri 6 lainnya, H67 menggunakan jenis chipset tunggal yang menangani tugas-tugas chip northbridge dan southbridge. Chipset ini sudah mendukung mendukung port SATA3 6 Gbps, sedangkan port USB3.0 masih menggunakan chip tambahan.  
Berikut sedikit perbandingan chipset Intel H57 dan H67 sesuai referensi dari Intel:
Chipset
Intel H57
Intel H67
Jenis soket
LGA1156
LGA1155
Dukungan prosesor
Nehalem
Sandy Bridge
Nama kode
Ibex Peak
Cougar Point
Chip grafis onboard
Ada (DirectX 10)
Ada (DirectX 10.1)
Dukungan prosesor dengan chip grafis onboard
Intel Core i5 (650, 660, 661, 670)
Intel Core i3 (530 dan 540)
Intel Pentium G6950
Intel Core i3/i5/i7 seri 2xxx
Output
HDMI, Display Port, DVI, VGA
HDMI, Display Port, DVI, VGA

Pengganti BIOS
Yang menarik beberapa motherboard chipset seri 6 telah menggunakan UEFI (Unified Extensible Firmware Interface) sebagai pengganti BIOS (Basic Input Output System). BIOS versi lama memang dianggap sudah ketinggalan zaman meski fungsinya masih tetap relevan hingga saat ini.
Penggantian ini tentu karena UEFI menawarkan keunggulan yang tidak dimiliki BIOS. Di antaranya dukungan perangkat terkini seperti harddisk dengan kapasitas 3 TB ke atas. Agar lebih mudah dan menarik, UEFI disertai dengan GUI yang lebih menarik dibandingkan tampilan BIOS yang kaku dan sederhana. Penggunaan mouse, alih-alih keyboard pun dimungkinkan dari sini. Bahkan UEFI dirancang agar kompatibel dengan interface gesture generasi terbaru serta modus layar sentuh.
Namun beberapa motherboard tetap menggunakan BIOS konvensional berkat fungsinya yang masih cukup tangguh di beberapa lini.

Kesimpulan
Ditandem dengan prosesor Intel Sandy Bridge, chipset Intel H67 merupakan solusi yang tepat untuk membangun HTPC berkinerja tinggi menggunakan teknologi terkini. Ini juga dimungkinkan berkat dukungan chipset grafis onboard dan port output analog maupun digital yang diwakili D-Sub, DVI, HDMI dan juga DisplayPort.
Meski chip grafis onboard hanya mendukung hingga DirectX 10.1, ini sudah lebih dari cukup memuaskan bagi yang ingin membangun HTPC. Para gamer yang membutuhkan kemampuan grafis hingga DirectX 11 bisa memanfaatkan slot grafis PCI Express x16 menggunakan kartu grafis terpisah.

Transformer Prime, Tablet Asus Berprosesor Quad Core

alt
Setelah sempat tertunda, akhirnya Asustek Computer secara resmi mengumumkan piranti teranyarnya, Asus Eee Pad Transformer Prime pada Rabu ini (9/11/2011). Tablet PC ini merupakan penerus tablet PC Asus Eee Pad Transformer (tanpa Prime) yang hanya menggunakan prosesor dual core.
Transformer Prime yang memiliki layar berukuran 10 inci ini dipersenjatai dengan prosesor Quad-Core Nvidia Tegra 3 yang berjalan pada clock 1,3GHz dan diyakini 5 kali lebih cepat dibanding Nvidia Tegra 2. Dilengkapi dengan RAM 1GB dan kamera pada bagian depan dan belakang. Kamera depan memiliki resolusi 1,2MP dan 8MP pada bagian belakang. Asyiknya, kamera belakang memiliki fasilitas lampu flash.
Sistem operasi yang digunakan yaitu Android 3.2. Kedepannya, piranti ini akan menggunakan Android 4.0 (Ice Cream Sandwich), dan bagi yang telah memiliki Android 3.2 nantinya bisa mengupgrade ke versi 4.0 secara gratis.
Beberapa tablet populer yang ada seperti iPad 2 dan Samsung Galaxy Tab masih menggunakan prosesor dual core, dan Asus Transformer Prime menjadi yang pertama menggunakan prosesor quad core. Dengan spesifikasi demikian, Transformer Prime bisa menjadi tablet PC tercepat saat ini.

Selain menawarkan kinerja tinggi, tablet ini juga memiliki daya tahan baterai yang lebih lama. Secara teori, inti prosesor akan mematikan dirinya saat dalam posisi tidak digunakan sehingga mampu menghemat daya. Meski Asus sendiri tidak menjelaskan berapa lama daya tahan baterai tersebut, tetapi Nvidia mengklaim bahwa baterai mampu bertahan hingga 12 jam.

Transformer Prime akan hadir dengan pilihan kapasitas 32GB dan 64GB. Belum ada rencana kapan tablet PC ini hadir di Indonesia, namun juru bicara Asustek menjelaskan Transformer Prime akan dipasarkan ke seluruh dunia pada bulan Desember 2011 dengan perkiraan harga kisaran antara US$500 hingga US$600.

Empat Anak Bangsa Bersaing dalam Kontes IT Travelers Go!

alt
Menghadapi pesaing lebih dari 1.750 pendaftar, terpilihlah 4 orang kontestan asal Indonesia untuk mengikuti kontes IT Travelers Go! yang akan berkeliling di empat kota besar di Asia.
Adalah Yasmin, Ivan Loviano Soekarno, Rahmat Hidayat, dan Arif Satriyo Pambudi yang terpilih untuk menunjukkan bahwa produk teknologi mampu mendukung kehidupan mereka sehari-hari.
Kontes IT Travelers Go! telah dimulai sejak tanggal 14 Oktober dan akan berakhir pada tanggal 2 November 2011 di Taipei, Taiwan. Selama perjalanan 21 hari, para IT Traveler ini sudah menempuh perjalanan dari Jakarta ke New Delhi dan Hanoi.
Dalam perjalanan itu pula, para IT Travelers ini dilengkapi dengan berbagai produk teknologi asal Taiwan. Alhasil, mereka pun dpaat berbagi pengalaman keseharian mereka dengan seluruh dunia melalui update blog mereka di www.ittravelersgo.com. Pemenangnya akan dipilih berdasarkan popularitas dukungan dan komentar yang terkumpul serta kualitas posting blog, video, dan foto mereka.
“Merupakan sebuah pengalaman yang mendebarkan saat mengetahui bahwa kami benar-benar menjadi finalis yang akan mewakili Indonesia dalam kontes ini. Kami memang suka bepergian dan kontes ini menjadi kesempatan bagi kami untuk dapat menjelajahi tempat-tempat indah di dunia. Untuk setiap lokasi yang kami kunjungi, feature teknologi terbaik dalam beragam perangkat asal Taiwan telah sangat membantu kami dalam menciptakan posting blog yang bisa mengabadikan momen berharga di setiap lokasi dan tentu saha memungkinkan kami untuk dapat berbagi momen indah selama perjalanan serta menunjukkannya kepada semua orang,” ucap salah seorang IT Travelers asal Indonesia. 
Menurut penuturan Wayne W. Wu (Wakil Pimpinan TAITRA), IT Travelers Go! merupakan salah satu bentuk dari proyek kampanye pemasaran & komunikasi terpadu (IMC) untuk mendekatkan diri kepada para konsumen, termasuk di Indonesia, India, dan Vietnam.
Secara keseluruhan, kontes IT Travelers Go! ini didukung penuh oleh 18 merek teknologi asal Taiwan, seperti Acer, MSI, Trend Micro, HTC, Genius, Innergie, PQI, BenQ, Transcend, Optoma, ZyXEL, Apacer, Adata, D-Link, Mio, Thermaltake, Silison Power, dan Asus.